Internet Indonesia Masih Tertinggal di ASEAN, Pemerintah Bidik Standar Baru 100 Mbps

Pelitadigital.com – Kualitas layanan internet di Indonesia kembali menjadi sorotan setelah laporan terbaru dari Speedtest Global Index menunjukkan bahwa posisi Indonesia dalam hal kecepatan internet tetap (fixed broadband) dan seluler masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Sebagai respons, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berupaya mendorong peningkatan layanan internet tetap dengan target kecepatan hingga 100 Mbps.
Langkah ini dipandang sebagai bagian dari strategi jangka menengah pemerintah untuk mempercepat transformasi digital nasional, terutama dalam mendukung sektor ekonomi digital yang kian berkembang. Namun, tantangannya tidak kecil, mengingat posisi Indonesia saat ini dalam daftar peringkat global masih berada di urutan bawah.
Ketimpangan Digital di Kawasan ASEAN
Data per Mei 2025 dari Speedtest Global Index mengungkap fakta mencolok: Indonesia menempati peringkat ke-85 dari 103 negara untuk kategori internet mobile, dengan kecepatan rata-rata 40,61 Mbps. Sementara itu, untuk layanan fixed broadband, Indonesia berada di posisi ke-119 secara global, dengan kecepatan rata-rata 34,73 Mbps.
Bandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Singapura yang memimpin dunia dengan kecepatan internet tetap mencapai 372 Mbps. Bahkan negara-negara yang secara geografis dan ekonomi tidak jauh berbeda dari Indonesia, seperti Vietnam dan Thailand, telah mencatatkan kecepatan jauh di atas 100 Mbps.
Dilansir dari Inca Berita berikut perbandingan peringkat dan kecepatan rata-rata internet tetap di Asia Tenggara:
Negara | Kecepatan Fixed Broadband | Peringkat Dunia |
---|---|---|
Singapura | 372 Mbps | 1 |
Thailand | 247 Mbps | 15 |
Vietnam | 203,89 Mbps | 26 |
Malaysia | 144,96 Mbps | 41 |
Filipina | 99,59 Mbps | 56 |
Brunei | 79,67 Mbps | 84 |
Kamboja | 47,49 Mbps | 108 |
Laos | 44,11 Mbps | 111 |
Indonesia | 34,73 Mbps | 119 |
Myanmar | 24,91 Mbps | 131 |
Sementara itu, kecepatan internet mobile di Indonesia juga belum menunjukkan kemajuan berarti. Dengan rata-rata 40,61 Mbps, Indonesia masih kalah dari Laos (41,65 Mbps) dan hanya unggul sedikit dari Myanmar yang tak masuk dalam daftar ini. Brunei, Singapura, dan Malaysia menempati posisi tiga besar dengan kecepatan mobile internet di atas 160 Mbps.
Target 100 Mbps: Realistis atau Sekadar Ambisi?
Komdigi mengumumkan rencana peningkatan kualitas fixed broadband nasional hingga mencapai kecepatan 100 Mbps. Langkah ini dinilai strategis untuk mengejar ketertinggalan dan meningkatkan daya saing digital Indonesia di kawasan. Namun, pengamat teknologi menilai bahwa pencapaian target tersebut harus didukung oleh infrastruktur yang mumpuni, regulasi yang mendukung, dan keterlibatan aktif sektor swasta.
Saat ini, rata-rata kecepatan fixed broadband secara global berada di angka 102,48 Mbps, sedangkan mobile internet global menyentuh 92,82 Mbps. Ini berarti bahwa kecepatan rata-rata Indonesia, baik untuk mobile maupun fixed broadband, masih jauh di bawah standar global.
Tantangan dan Harapan
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan lambannya kecepatan internet di Indonesia. Salah satunya adalah masih rendahnya penetrasi jaringan fiber optik di daerah-daerah luar Jawa, serta belum optimalnya pemanfaatan spektrum frekuensi untuk jaringan seluler.
Selain itu, isu tarif internet dan kualitas layanan yang belum sebanding dengan biaya yang dikeluarkan pelanggan juga menjadi perhatian publik. Pemerintah diharapkan tidak hanya fokus pada angka kecepatan, tetapi juga pada aspek kualitas layanan dan keterjangkauan harga bagi masyarakat luas.
Penutup
Upaya meningkatkan kecepatan internet tetap hingga 100 Mbps merupakan langkah penting menuju pemerataan akses digital dan penguatan ekonomi berbasis teknologi. Namun, untuk mewujudkannya, dibutuhkan sinergi antara pemerintah, pelaku industri, serta dukungan kebijakan yang berpihak pada pengembangan infrastruktur digital secara merata. Indonesia mungkin tertinggal saat ini, tetapi dengan langkah konkret dan terukur, ketertinggalan itu bisa dikejar.