Ransomware: Lagi-lagi Virus yang Meresahkan Pemerintahan Indonesia
pelitadigital.com – sebulan yang lalu, Indonesia menghadapi masalah serius dengan sistem Autogate dan perlintasan bandara karena diserang oleh Ransomware yang menargetkan Pusat Data Nasional KOMINFO. Gangguan ini terjadi karena server KOMINFO sebagai pusat data nasional mengalami penurunan kinerja, yang berdampak langsung pada operasional di bandara.
Kondisi ini menimbulkan ketidaknyamanan signifikan bagi pengguna layanan bandara, dengan berbagai layanan seperti Autogate dan perlintasan bandara terganggu secara serius. Kejadian ini menyoroti kerentanan infrastruktur teknologi informasi yang vital bagi keamanan dan keefektifan layanan publik.
Apa itu Ransomware ?
Ransomware merupakan jenis serangan perangkat lunak berbahaya di mana penyerang mengenkripsi data pada server atau perangkat lainnya, lalu meminta tebusan agar data tersebut bisa diakses kembali. Pada insiden ini, para hacker mengenkripsi data di server KOMINFO dan meminta sejumlah uang sekitar Rp113 miliar untuk memberikan kunci dekripsi.
Kejadian ini menunjukkan betapa merugikannya dampak ransomware terhadap infrastruktur teknologi negara. Permintaan tebusan sebesar Rp113 miliar tersebut tidak hanya mengancam keamanan data yang vital, tetapi juga menyoroti perlunya perlindungan yang lebih kuat terhadap sistem informasi pemerintahan. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya tindakan preventif dan responsif untuk menghadapi ancaman cyber yang semakin kompleks dan serius.
Bagaimana Ransomware Berjalan?
Ransomware mengoperasikan dengan mengubah data menjadi kode acak yang tidak bisa dibaca tanpa kunci dekripsi yang tepat. Artinya, meskipun data tersebut masih ada secara fisik, mereka tidak dapat diakses atau digunakan hingga dilakukan dekripsi dengan kunci yang sesuai.
Dalam banyak kasus, para penyerang menuntut pembayaran tebusan dalam bentuk mata uang digital seperti Bitcoin atau Ethereum sebagai syarat untuk memberikan kunci dekripsi.
Mengapa Serangan Ini Sangat Berbahaya?
Pusat Data Nasional KOMINFO menyimpan data lebih dari 210 instansi pemerintah. Serangan ini dilakukan oleh kelompok hacker yang menggunakan ransomware. Hal ini mengakibatkan gangguan yang serius terhadap layanan-layanan pemerintah yang mengandalkan server ini.
Dampaknya tidak hanya dirasakan secara langsung oleh instansi pemerintah yang terhubung, tapi juga oleh masyarakat yang mengandalkan layanan-layanan tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.
Baca juga : 5 Cara Mematikan Antivirus Windows 10 Dijamin Gampang Banget!
Apa Saja Solusi dan Pencegahannya?
Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah Ransomware ini, diantaranya :
- Membackup data-data yang penting; untuk membuat salinan data di tempat yang berbeda agar dapat dipulihkan jika server terkena ransomware. Gunakan layanan backup yang terhubung otomatis untuk memudahkan pemulihan data saat server terkena ransomware.
- Mengenkripsi data-data penting; enkripsi yaitu melindungi data dengan mengubahnya menjadi kode tak terbaca tanpa kunci dekripsi yang tepat. Mengenkripsi data sebelum disimpan di server dapat sangat membantu menjaga keamanannya dari akses yang tidak sah. Dengan cara ini, data akan terlindungi dengan baik karena hanya dapat dibaca oleh mereka yang memiliki kunci sandi yang sesuai. Langkah ini sangat penting untuk memastikan bahwa informasi sensitif tetap terlindungi, terutama di era dimana keamanan data menjadi semakin krusial.
- Pengamanan sistem; memperkuat sistem keamanan dan praktik IT terbaik penting untuk kurangi risiko ransomware. Dengan ini, dapat memperkuat pertahanan terhadap ancaman cyber, melindungi data sensitif, dan menjaga operasional tanpa gangguan.
Serangan ransomware terhadap Pusat Data Nasional KOMINFO menunjukkan betapa pentingnya menjaga keamanan data dan melindungi diri dari ancaman cyber. Dengan pemahaman ransomware dan langkah pencegahan yang efektif, kita bisa melindungi data dari serangan di masa depan.
Peningkatan kesadaran terhadap keamanan cyber diharapkan dapat membantu memperkuat pertahanan terhadap ancaman yang semakin kompleks dan merusak terhadap infrastruktur penting.