Pelitadigital.com – Sebuah inisiatif sederhana yang dimulai pada 2011 kini menjelma menjadi pusat edukasi dan pemasaran alpukat di Desa Baran Gembongan, Kecamatan Ambarawa. Pusat Pemasaran dan Edukasi Budidaya Alpukat (Pusbikat) Ungaran, yang awalnya hanya mencakup satu lingkungan kecil, kini berkembang menjadi kampung dengan 20 petani aktif.
Ketua Klaster Pusbikat, Agus Riyadi, mengungkapkan bahwa keberadaan klaster ini memberikan dampak signifikan pada perekonomian masyarakat setempat. “Pusbikat ini awalnya hanya mencakup satu wilayah, satu RT di satu lingkungan. Tapi kemudian berkembang menjadi satu kampung,” ujar Agus saat ditemui pada Kamis (21/11/2024).
Alpukat dari Pusbikat dikenal memiliki kualitas unggul dengan rasa gurih, daging lembut, dan kandungan gizi tinggi. Bahkan, buah alpukat ini telah menjadi komoditas andalan dengan harga jual berkisar Rp30.000 hingga Rp40.000 per kilogram.
Dari Sebuah Ide Kecil Menjadi Gerakan Kolektif
Agus Riyadi memulai perjalanannya dengan menanam dua pohon alpukat di pekarangan rumah pada 2011. Panen pertamanya memicu antusiasme warga sekitar untuk mengikuti jejaknya. Tidak hanya membagikan pengalaman, Agus juga gencar memberikan edukasi tentang budidaya dan perawatan alpukat.
Pada 2020, Pusbikat mendapat dukungan dari program Klasterku Hidupku yang diinisiasi Bank BRI. Melalui program ini, Agus mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memperluas usahanya. “Dengan modal tersebut, saya bisa mengembangkan penanaman alpukat dan belajar dari nol, mulai dari pembibitan hingga pemasaran,” ungkapnya.
Hasilnya, Pusbikat mampu memanen hingga 1-2 ton alpukat per hari pada musim panen yang terjadi tiga kali setahun. Selain itu, program ini juga membuka peluang baru dalam hal jaringan dan promosi. “Keuntungan yang kami dapat tidak hanya berupa uang, tetapi juga promosi dan branding yang memberikan keberlanjutan usaha,” tambah Agus.
Misi Sosial dan Harapan untuk Masa Depan
Pusbikat tidak hanya berfokus pada peningkatan ekonomi, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal. Agus mengajarkan budidaya alpukat yang dapat dilakukan di pekarangan rumah, sehingga siapa pun bisa ikut berkontribusi tanpa harus memiliki lahan luas.
“Kami ingin mengangkat ekonomi masyarakat dengan cara yang sederhana tetapi berdampak besar. Harapannya, alpukat ini bisa menjadi ikon desa yang memiliki daya saing tinggi,” tutur Agus.
Ia juga berharap BRI terus mendukung para petani, terutama dalam hal permodalan dan distribusi produk agar jangkauannya lebih luas.
BRI: Komitmen untuk UMKM Tangguh
Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, menegaskan komitmen BRI dalam mendukung pelaku UMKM melalui berbagai program pemberdayaan. “Kami berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM dengan modal usaha. Pelatihan dan pemberdayaan ini diharapkan dapat membuat UMKM semakin tangguh,” ujarnya.
Program Klasterku Hidupku diharapkan menjadi contoh inspiratif bagi banyak kelompok usaha lainnya di seluruh Indonesia. “Semoga cerita sukses ini bisa menjadi motivasi bagi klaster usaha lain untuk berkembang dan tumbuh bersama,” pungkas Supari.
Dengan semangat kolaborasi dan keberlanjutan, Pusbikat Ungaran tidak hanya menjadi model sukses pemberdayaan petani lokal tetapi juga inspirasi bagi desa-desa lain untuk memaksimalkan potensi lokal mereka.