Beranda Pendidikan Menemukan Jalan Sendiri: Choirul Anwar, dan Perjalanan Kreativitas di Pesantren
Pendidikan

Menemukan Jalan Sendiri: Choirul Anwar, dan Perjalanan Kreativitas di Pesantren

Pelitadigital.com – Di sebuah lingkungan yang sarat dengan tradisi dan nilai-nilai lama, seorang pemuda bernama Choirul Anwar, menemukan panggilan yang berbeda dari kebanyakan orang di sekitarnya. Ia bukan seorang pemimpin pesantren, bukan seorang penceramah yang rutin naik mimbar, dan bukan seseorang yang hanya tenggelam dalam teks kitab—ia adalah kreator, seorang pencipta, seorang pemikir yang melihat dunia dengan cara yang tak biasa.

Semua bermula dari Pesantren Wali Songo, tempat yang menjadi rumah keduanya selama bertahun-tahun. Di sana, ia menjalani rutinitas khas santri—bangun sebelum matahari terbit, mengaji dengan penuh disiplin, mendalami ilmu agama di bawah bimbingan para Kiai. Tetapi jauh di dalam dirinya, ia merasakan sesuatu yang berbeda. Ia tidak hanya ingin memahami dunia dari sudut pandang teks suci, tetapi juga ingin menciptakan sesuatu yang bisa dirasakan oleh banyak orang.

Saat banyak santri sibuk menapaki jalur dakwah konvensional, Anwar justru tertarik dengan hal lain yang hampir tidak pernah dilihat sebagai bagian dari dunia pesantren media, desain grafis, fotografi, dan videografi. Ia menyerap ilmu dari orang-orang yang ahli di bidangnya, bukan hanya melalui pengamatan tetapi juga bimbingan langsung dari mentor yang memperdalam pemahamannya. Meskipun tidak ada guru formal yang mengajarinya cara mengelola visual, menangkap momen dengan lensa, atau menciptakan karya yang menggugah perasaan, ia tetap berkembang dengan ketekunan dan eksplorasi pribadi. Proses belajarnya bukan sekadar mandiri, melainkan kombinasi antara pengalaman, refleksi, dan interaksi dengan para ahli, membuktikan bahwa keterampilan dapat diasah tidak hanya melalui pendidikan formal tetapi juga melalui lingkungan yang mendukung dan dorongan dari dalam diri..

Keputusannya untuk masuk ke dunia kreatif semakin diperkuat saat ia melanjutkan pendidikan di Universitas Ma’arif Lampung, mengambil jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Jurusan ini biasanya melahirkan penceramah, penulis tafsir, atau pengajar ilmu agama. Namun, Anwar memilih jalur yang berbeda. Ia tidak ingin menjadi seseorang yang hanya berbicara di mimbar—ia ingin berbicara melalui karya. Bukan dalam bentuk khutbah, tetapi dalam bentuk gambar, video, warna, dan ekspresi digital yang berbicara sendiri.

Tentu, jalannya tidak selalu mudah. Sebagai seorang santri, banyak yang meragukan langkahnya. Mengapa tidak fokus pada kajian kitab seperti santri lainnya? Mengapa harus memilih dunia yang jauh dari dakwah langsung? Tetapi Anwar tahu satu hal: ia tidak harus mengikuti arus jika ia bisa menciptakan gelombangnya sendiri.

Di pesantren, ia mulai membangun karya-karya yang awalnya hanya sederhana—membantu dokumentasi acara, mengelola media sosial, dan membuat desain untuk komunitasnya. Namun semakin lama, semakin jelas bahwa ini bukan sekadar keterampilan tambahan, tetapi sebuah panggilan nyata. Ia melihat dunia dengan perspektif yang berbeda, memadukan nilai-nilai yang ia pelajari di pesantren dengan kreativitas modern yang semakin berkembang.

Kehadirannya mulai diakui, bukan sebagai santri biasa, tetapi sebagai sosok yang membawa inovasi ke tempat yang selama ini dianggap tidak banyak berubah. Ia membuktikan bahwa pesantren bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga tempat bagi seseorang untuk menemukan dan mengembangkan potensi terbaiknya.

Dalam perjalanan ini, Anwar tetap memegang prinsipnya—menghormati guru, terus belajar, dan menjadikan akhlak sebagai dasar dalam setiap langkahnya. Namun, ia tidak membatasi dirinya hanya pada satu jalur yang telah ditentukan oleh orang lain. Ia memilih untuk menjelajahi lebih jauh, melampaui batasan, dan membuktikan bahwa dunia pesantren bisa berjalan berdampingan dengan dunia modern.

Ia tidak menjadi ustaz yang dikenal karena ceramahnya, tetapi dikenal karena karyanya yang berbicara dengan kuat. Ia tidak mengubah tradisi, tetapi memperkaya tradisi dengan pendekatan yang lebih segar dan lebih relevan untuk zaman ini.

Choirul Anwar, bukan hanya seorang santri. Ia adalah kreator yang membangun jalannya sendiri, seseorang yang memilih untuk menembus batas, dan seseorang yang membuktikan bahwa inovasi bukanlah ancaman bagi tradisi, tetapi justru cara terbaik untuk membuatnya terus hidup.

 

Sebelumnya

Jangan Tunggu Rusak, Ini Waktu Ideal Ganti Oli Mobil Meski Jarang Dipakai

Selanjutnya

Cara Bayar Pajak Motor Lewat Indomaret Tanpa Harus ke Samsat

Pelita Digital