Presidensi G-20, Pulihkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Penulis : Rayandre Setiyadi
Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi indoensia positif hingga tahun 2023. Konsumsi rumah tangga, ekspor serta investasi menjadi penggerak Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu ditambah dengan posisi Indonesia menjadi pemegang Presidensi G20 2022 maka semakin kuat dorongan ekonomi secara nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan bahwa G20 memainkan peran penting untuk mendorong dialog, kerja sama dan koordinasi respon kebijakan bagi pemulihan ekonomi global.
Dalam pertemuan tersebut nantinya akan diberikan arah panduan serta kepercayaan pasar bagi prospek perekonomian dan stabilitas system keuangan. BI juga meyakini konsumsi masyarakat tetap kuat, walaupun tertahan oleh kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Meski demikian, Dody percaya memasuki tahun 2023 akan ada resiko perlambatan perekonomian secara global. Namun, konsumsi domestic akan tetap solid sehubungan dengan persiapan pemilu di tahun 2024 mendatang.
Sejak 2022 hingga tahun 2023 perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh 4,5-5,3% dengan kecenderungan mencapai batas atas. PDB mencatat pertumbuhan sebesar 5,4% selama Sembilan bulan di tahun 2022, dibandingkan dengan periode tahun 2021. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh kinerja ekspor barang dan jasa yang tumbuh 19,57%, diikuti oleh konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) dan konsumsi rumah tangga yang masing-masing tumbuh sebesar 5,66% dan 5,08% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Tantangan ekonomi global hingga tahun 2023 tidaklah mudah. Beberapa anvaman seperti inflasi yang diikuti pengetatan keuangan global, krisis pangan dan energi mendorong perlambatan ekonomi global. Sejumlah nilai tukar di Asia termasuk rupiah mengalami pelemahan karena US dollar yang terlalu kuat.
Dody juga menyampaikan kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan pro stabilitas dan menekan inflasi sesuai dengan target yang ditetapkan. Inflasi inti akan dibawa menuju sasarannya pada kuartal dua 2023. Target inflasi Indonesia sepanjang 2022 hingga 2023 ditetapkan sekitar 2% – 4%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Oktober sebesar 5,71%, secara tahunan. Secara akumulasi sejak Januari hingga Oktober, inflasi telah mencapai 4,73%. Sedangkan inflasi inti sebesar 3,31% pada Oktober.
Demi menjaga stabilitas nilai tukar Bank Indonesia berkomitmen menempuh tiga langkah intervensi atau triple intervention yakni melalui pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF) dan pasar obligasi yakni penjualan dan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.
Sepanjang Juli – September 2022, perekonomian tumbuh sebesar 5,72% secara tahunan. Sumber pertumbuhan terbesar berasal dari kinerja ekspor barang dan jasa sebesar 5,21%, konsumsi rumah tangga sebesar 2,81% dan kinerja investasi sebesar 1,57%. Bila dilihat dari sumber pertumbuhan menurut pulau, yang terbesar masih disumbangkan oleh Jawa sebesar 3,37%, Sumatera 1,01% dan Sulawesi sebesar 0,55%.
Baca juga :